
Dalam upaya meredakan konflik berkepanjangan di Gaza, Israel mengajukan tawaran gencatan senjata selama 60 hari. Proposal ini disebut mencakup penghentian serangan militer, pembukaan jalur bantuan kemanusiaan, dan potensi pertukaran tawanan antara kedua pihak. Langkah ini dipandang sebagai bagian dari tekanan internasional yang terus meningkat agar kedua belah pihak menempuh jalur diplomatik. Namun, respons dari pihak Hamas terhadap tawaran ini menunjukkan bahwa proses menuju perdamaian masih jauh dari mudah. Respons Awal Hamas: Hati-hati dan Bersyarat 1. Tidak Langsung Menyetujui Hamas menanggapi tawaran Israel dengan sikap hati-hati. Mereka tidak serta-merta menyambutnya secara positif, melainkan menegaskan bahwa setiap kesepakatan gencatan senjata harus memenuhi beberapa syarat yang mereka anggap penting. 2. Fokus pada Hak Palestina Dalam pernyataannya, Hamas menekankan bahwa tujuan utama mereka bukan sekadar jeda konflik, tetapi penyelesaian jangka panjang yang menghormati hak-hak rakyat Palestina, termasuk pengakhiran blokade di Gaza dan kebebasan bagi para tawanan Palestina. Tuntutan Hamas dalam Merespons Tawaran Gencatan Senjata Hamas menyampaikan beberapa tuntutan utama sebelum bersedia mempertimbangkan gencatan senjata, antara lain: Penarikan pasukan Israel dari seluruh wilayah Gaza Penghentian penuh blokade ekonomi dan logistik Jaminan akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan Kesepakatan yang mencakup pembebasan tahanan Palestina di penjara Israel Pengakuan terhadap hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri Baca Juga : 3 Tokoh Terkenal di Dunia yang Pernah Tampilkan Simbol Illuminati Tuntutan-tuntutan tersebut menjadi indikator bahwa Hamas tidak ingin hanya bernegosiasi dalam konteks keamanan, tetapi juga dalam kerangka politik dan hak asasi. Reaksi Internasional Masyarakat internasional, termasuk negara-negara Arab, PBB, dan negara-negara Barat, menyambut positif adanya upaya gencatan senjata. Namun, mereka juga mendorong kedua pihak agar memperhatikan dimensi kemanusiaan yang semakin memprihatinkan, terutama di Gaza yang mengalami krisis parah akibat konflik. Banyak negara mendesak Israel dan Hamas untuk membuka ruang dialog lebih luas dan menggunakan momen gencatan senjata sebagai jembatan menuju perundingan damai jangka panjang. Tawaran gencatan senjata 60 hari dari Israel mendapat respons penuh kehati-hatian dari Hamas, yang menuntut penyelesaian lebih menyeluruh terkait hak-hak rakyat Palestina. Meski belum ada keputusan final, perkembangan ini membuka peluang baru bagi diplomasi, asalkan kedua pihak bersedia melepas ego dan mengedepankan kemanusiaan. Situasi ini menjadi ujian berat bagi upaya perdamaian di kawasan yang telah lama dilanda konflik berkepanjangan.