Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dijadwalkan melakukan pertemuan penting dengan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, di Belgia. Agenda utama dalam pertemuan ini adalah membahas kelanjutan dan percepatan penyelesaian Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni antojitosizcalli.com Eropa atau Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
Pertemuan ini menjadi bagian dari rangkaian kunjungan luar negeri Prabowo sebagai presiden terpilih, sekaligus mencerminkan keseriusan Indonesia dalam memperkuat hubungan dagang dan investasi dengan kawasan Eropa. IEU-CEPA sendiri merupakan perjanjian dagang yang telah dinegosiasikan sejak 2016 dan hingga kini masih belum mencapai finalisasi karena sejumlah isu sensitif di bidang perdagangan, lingkungan, dan hak asasi manusia.
Menjawab Tantangan Perdagangan Global
Pertemuan antara Prabowo dan Presiden Komisi Eropa ini dinilai sebagai langkah strategis untuk mengakselerasi penyelesaian perjanjian yang akan membuka peluang besar bagi kedua pihak. Dengan IEU-CEPA, tarif perdagangan antar-negara diharapkan dapat ditekan, serta akses pasar untuk produk Indonesia—seperti minyak kelapa sawit, tekstil, kopi, dan produk perikanan—dapat semakin luas di pasar Eropa.
Sebaliknya, Uni Eropa juga berharap dapat meningkatkan ekspornya ke Indonesia, khususnya di bidang teknologi, jasa keuangan, dan kendaraan listrik. Dalam konteks ini, diskusi bilateral antara Prabowo dan Ursula von der Leyen diharapkan dapat menjembatani sejumlah perbedaan pandangan, terutama terkait isu lingkungan dan keberlanjutan yang selama ini menjadi sorotan Uni Eropa.
Diplomasi Ekonomi dan Arah Politik Luar Negeri Baru
Langkah Prabowo untuk mengedepankan diplomasi ekonomi dalam kunjungan ini mencerminkan arah kebijakan luar negeri yang lebih proaktif dan pragmatis. Dalam beberapa pernyataannya, Prabowo menekankan pentingnya membuka peluang investasi, memperluas pasar ekspor Indonesia, serta memperkuat posisi tawar Indonesia dalam rantai pasok global.
Selain IEU-CEPA, topik lain yang kemungkinan akan dibahas meliputi kerja sama keamanan regional, transisi energi hijau, serta kemitraan strategis dalam penanggulangan perubahan iklim. Namun, fokus utama tetap pada dimensi ekonomi sebagai pilar utama kerja sama Indonesia-Uni Eropa.
Dukungan dari Dunia Usaha dan Akademisi
Sejumlah pelaku usaha dan pengamat hubungan internasional menyambut baik inisiatif ini. Menurut mereka, kehadiran Prabowo di jantung pemerintahan Eropa menunjukkan komitmen Indonesia untuk menyelesaikan perjanjian strategis ini secara konstruktif. Mereka menilai, IEU-CEPA akan memberikan sinyal positif kepada investor Eropa bahwa Indonesia adalah mitra dagang yang serius dan terbuka terhadap reformasi.
Di sisi lain, keberhasilan pertemuan ini juga dapat memperkuat posisi Prabowo secara internasional, mengingat ini adalah salah satu pertemuan tingkat tinggi pertamanya setelah terpilih sebagai presiden. Langkah ini diharapkan memperkuat diplomasi Indonesia yang inklusif dan adaptif di tengah dinamika geopolitik global yang kompleks.
Menuju Finalisasi IEU-CEPA
Dengan semakin dekatnya masa pelantikan presiden baru Indonesia pada Oktober 2025, pertemuan ini dipandang sebagai momentum penting untuk mendorong penyelesaian IEU-CEPA sebelum tahun berganti. Pemerintah Indonesia menargetkan agar perjanjian ini dapat dirampungkan secepatnya, sehingga manfaat ekonomi dapat segera dirasakan oleh pelaku usaha di kedua kawasan.
Jika pertemuan ini menghasilkan kesepahaman strategis, maka Prabowo akan membuka babak baru dalam hubungan dagang Indonesia dengan Uni Eropa, serta memperkuat posisi ekonomi nasional di tingkat global.